-= (((( MERAIH KESEMPURNAAN HIDUP "LAKSITA JATI" ))) =-
Hakikat kesucian, “badan wadag” atau raga tidak boleh pisah dengan “badan halus”, karena raga dan sukma menyatu (curigo manjing warongko) pada saat manusia lahir dari rahim ibu. Sebaliknya, manusia yang berhasil menjadi kalifah Tuhan, selalu menjaga kesucian (bersih dari dosa), jika mati kelak “badan wadag” akan luluh melebur ke dalam “badan halus” yang diliputi oleh kayu dhaim, atau Hyang Hidup yang tetap ada dalam diri kita pribadi, maka dilambangkan dengan “warongko manjing curigo”. Maksudnya, “badan wadag” melebur ke dalam “badan halus”. Pada saat manusia hidup di dunia (mercapada), dilambangkan dengan “curigo manjing warongko”; maksudnya “badan halus” masih berada di dalam “badan wadag”. Maka dari itu terdapat pribahasa sebagai berikut:
“Jasad pengikat budi, budi pengikat nafsu, nafsu pengikat karsa (kemauan), karsa pengikat sukma, sukma pengikat rasa, rasa pengikat cipta, cipta pengikat penguasa, penguasa pengikat Yang Maha Kuasa”.
Sebagai contoh :
Jasad jika mengalami kerusakan karena sakit atau celaka, maka tali pengikat budi menjadi putus. Orang yang amat sangat menderita kesakitan tentu saja tidak akan bisa berpikir jernih lagi. Maka putuslah tali budi sebagai pengikat nafsu. Maka orang yang sangat menderita kesakitan, hilanglah semua nafsu-nafsunya; misalnya amarah, nafsu seks, dan nafsu makan. Jika tali nafsu sudah hilang atau putus, maka untuk mempertahankan nyawanya, tinggal tersisa tali karsa atau kemauan. Hal ini, para pembaca dapat menyaksikan sendiri, setiap orang yang menderita sakit parah, energi untuk bertahan hidup tinggalah kemauan atau semangat untuk sembuh. Apabila karsa atau kemauan, dalam bentuk semangat untuk sembuh sudah hilang, maka hilanglah tali pengikat sukma, akibatnya sukma terlepas dari “badan wadag”, dengan kata lain orang tersebut mengalami kematian. Namun demikian, sukma masih mengikat rasa, dalam artian sukma sebenarnya masih memiliki rasa, dalam bentuk rasa sukma yang berbeda dengan rasa ragawi. Bagi penganut kejawen percaya dengan rasa sukma ini. Maka di dalam tradisi Jawa, tidak boleh menyianyiakan jasad orang yang sudah meninggal. Karena dipercaya sukmanya yang sudah keluar dari badan masih bisa merasakannya. Rasa yang dimiliki sukma ini, lebih lanjut dijelaskan karena sukma masih berada di dalam dimensi bumi, belum melanjutkan “perjalanan” ke alam barzah atau alam ruh.
Rahsa atau rasa, merupakan hakikat Dzat (Yang Maha Kuasa) yang mewujud ke dalam diri manusia. Dzat adalah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Kuasa, Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Urutan dari yang tertinggi ke yang lebih rendah adalah sebagai berikut;
1. Dzat (Dzatullah) Tuhan Yang Maha Suci, meretas menjadi;
2. Kayu Dhaim (Kayyun) Energi Yang Hidup, meretas menjadi;
3. Cahya atau cahaya (Nurullah), meretas menjadi;
4. Rahsa atau rasa atau sir (Sirrullah), meretas menjadi ;
5. Sukma atau ruh (Ruhullah).
No 1 s/d no 5 adalah retasan dari Dzat, Tuhan Yang Maha Kuasa, maka ruh bersifat abadi, cahaya bersifat mandiri tanpa perlu bahan bakar. Ruh yang suci yang akan melanjutkan “perjalanannya” menuju ke haribaan Tuhan, dan akan melewati alam ruh atau alam barzah, di mana suasana menjadi “jengjem jinem” tak ada rasa lapar-haus, emosi, amarah, sakit, sedih, dsb. Sebelum masuk ke dimensi barzah, ruh melepaskan tali rasa, kemudian ruh masuk ke dalam dimensi alam barzah menjadi hakikat cahaya tanpa rasa, dan tanpa karsa. Yang ada hanyalah ketenangan sejati, manembah kepada gelombang Dzat, lebur dening pangastuti.
KONSEP ARWAH PENASARAN
Sebaliknya ruh yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi, masih memiliki tali rasa, misalnya rasa penasaran karena masih ada tanggungjawab di bumi yang belum terselesaikan, atau jalan hidup, atau “hutang” yang belum terselesaikan, menyebabkan rasa penasaran. Oleh karena itu dalam konsep Kejawen dipercaya adanya arwah penasaran, yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi. Sehingga tak jarang masuk ke dalam raga orang lain yang masih hidup yang dijadikan sebagai media komunikasi, karena kenyataan bahwa raganya sendiri telah rusak dan hancur. Itulah sebabnya mengapa di dalam ajaran Kejawen terdapat tata cara “penyempurnaan” arwah (penasaran) tersebut.
JALAN SETAPAK MERAIH KESUCIAN
(Jihad/Perang Baratayudha/Perang Sabil)
Mati penasaran, kebalikan dari mati sempurna. Dalam kajian Kejawen, mati dalam puncak kesempurnaan adalah mati moksa atau mosca atau mukswa. Yakni warangka (raga) manjing curigo (ruh). Raga yang suci, adalah yang tunduk kepada kesucian Dzat yang terderivasi ke dalam ruh. Ruh suci/roh kudus (ruhul kuddus) sebagai retasan dari hakikat Dzat, memiliki 20 sifat yang senada dengan 20 sifat Dzat, misalnya kodrat, iradat, berkehendak, mandiri, abadi, dst. Sebaliknya, ruh yang tunduk kepada raga hanya akan menjadi budak nafsu duniawi, sebagaimana sifat hakikat ragawi, yang akan hancur, tidak abadi, dan destruktif. Menjadi raga yang nista, berbanding terbalik dengan gelombang Dzat Yang Maha Suci. Oleh karena itu, menjadi tugas utama manusia, yakni memenangkan perang Baratayudha di Padang Kurusetra, antara Pendawa (kebaikan yang lahir dari akal budi dan panca indera) dengan musuhnya Kurawa (nafsu angkara murka). Perang inilah yang dimaksud pula dalam ajaran Islam sebagai Jihad Fii Sabilillah, bukan perang antar agama, atau segala bentuk terorisme.
Adapun ajaran untuk menggapai kesucian diri, atau Jihad secara Kejawen, yakni mengendalikan hawa nafsu, serta menjalankan budi (bebuden) yang luhur nilai kemanusiannya (habluminannas) yakni ; rela (rilo), ikhlas (legowo), menerima/qonaah (narimo ing pandum), jujur dan benar (temen lan bener), menjaga kesusilaan (trapsilo) dan jalan hidup yang mengutamakan budi yang luhur (lakutama). Adalah pitutur sebagai pengingat-ingat agar supaya manusia selalu eling atau selalu mengingat Tuhan untuk menjaga kesucian dirinya, seperti dalam falsafah Kejawen berikut ini :
“jagad bumi alam kabeh sumurupo marang badan, badan sumurupo marang budi, budi sumurupo marang napsu, napsu sumurupo marang nyowo, nyowo sumurupo marang rahso, rahso sumurupo marang cahyo, cahyo sumurupo marang atmo, atmo sumurupo marang ingsun, ingsun jumeneng pribadi”
(jagad bumi seisinya pahamilah badan, badan pahamilah budi, budi pahamilah nafsu, nafsu pahamilah nyawa, nyawa pahamilah karsa, karsa pahamilah rahsa, rahsa pahamilah cahya, cahya pahamilah Yang Hidup, Yang Hidup pahamilah Aku, Aku berdiri sendiri (Dzat).
Artinya, bahwa manusia sebagai derivasi terakhir yang berasal dari Dzat Sang Pencipta harus (wajib) memiliki kesadaran mikrokosmis dan makrokosmis yakni “sangkan paraning dumadi” serta tunduk, patuh dan hormat (manembah) kepada Dzat Tuhan Pencipta jagad raya.
Selain kesadaran di atas, untuk menggapai kesucian manusia harus tetap berada di dalam koridor yang merupakan “jalan tembus” menuju Yang Maha Kuasa. Adalah 7 perkara yang harus dicegah, yakni;
1. Jangan ceroboh, tetapi harus rajin sesuci.
2. Jangan mengumbar nafsu makan, tetapi makanlah jika sudah merasa lapar.
3. Jangan kebanyakan minum, tetapi minum lah jika sudah merasa haus.
4. Jangan gemar tidur, tetapi tidur lah jika sudah merasa kantuk.
5. Jangan banyak omong, tetapi bicara lah dengan melihat situasi dan kondisi.
6. Jangan mengumbar nafsu seks, kecuali jika sudah merasa sangat rindu.
7. Jangan selalu bersenang-senang hati dan hanya demi membuat senang orang-orang, walaupun sedang memperoleh kesenangan, asal tidak meninggalkan duga kira.
Demikian pula, di dalam hidup ini jangan sampai kita terlibat dalam 8 perkara berikut;
1. Mengumbar hawa nafsu.
2. Mengumbar kesenangan.
3. Suka bermusuhan dan tindak aniaya.
4. Berulah yang meresahkan.
5. Tindakan nista.
6. Perbuatan dengki hati.
7. Bermalas-malas dalam berkarya dan bekerja.
8. Enggan menderita dan prihatin.
Sebab perbuatan yang jahat dan tingkah laku buruk hanya akan menjadi aral rintangan dalam meraih rencana dan cita-cita, seperti digambarkan dalam rumus bahasa berikut ini;
1. Nistapapa; orang nista pasti mendapat kesusahan.
2. Dhustalara; orang pendusta pasti mendapat sakit lahir atau batin.
3. Dorasangsara; gemar bertikai pasti mendapat sengsara.
4. Niayapati; orang aniaya pasti mendapatkan kematian.
PERBUATAN, PASTI MENIMBULKAN “RESONANSI”
Demikian lah, sebab pada dasarnya perilaku hidup itu ibarat suara yang kita kumandang akan menimbulkan gema, artinya apapun perbuatan kita kepada orang lain, sejatinya akan berbalik mengenai diri kita sendiri. Jika perbuatan kita baik pada orang lain, maka akan menimbulkan “gema” berupa kebaikan yang lebih besar yang akan kita dapatkan dari orang lainnya lagi. Hal ini dapat dipahami sebagaimana dalam peribahasa;
Barang siapa menabur angin, akan menuai badai,
Siapa menanam, akan mengetam,
Barang siapa gemar menolong, akan selalu mendapatkan kemudahan,
Barang siapa gemar sedekah kepada yang susah, rejekinya akan menjadi lapang.
Orang pelit, pailit
Pemurah hati, mukti
PERILAKU TAPA BRATA
Idealnya, setiap orang sepanjang hidupnya dapat melaksanakan “tapa brata” atau mesu-budi, menahan hawa nafsu, yg mempunyai kesamaan dengan hakikat puasa seperti di bawah ini;
1. Tapa/puasanya badan/raga; harus anoraga; rendah hati; gemar berbuat baik.
2. Tapa/puasanya hati; nerima apa adanya; qonaah; tak punya niat/prasangka buruk, tidak iri hati.
3. Tapa/puasanya nafsu; ikhlas dan sabar dalam menerima musibah, serta memberi maaf kepada orang lain.
4. Tapa/puasanya sukma; jujur.
5. Tapa/puasanya rahsa; mengerem sembarang kemauan, serta kuat prihatin dan menderita.
6. Tapa/puasanya cahya; eneng-ening; tirakat atau bertapa dalam keheningan, kebeningan, dan kesucian.
7. Tapa/puasanya hidup (gesang); eling (selalu ingat/sadar makro-mikrokosmos) dan selalu waspada dari segala perilaku buruk.
Selain itu, anggota badan (raga) juga memiliki tanggungjawab masing-masing sebagai wujud dari hakikat puasa atau tapa brata ;
1. Tapa/puasanya netro/mata; mencegah tidur, dan menutup mata dari nafsu selalu ingin memiliki/menguasai.
2. Tapa/puasanya karno/telinga; mencegah hawa nafsu, enggan mendengar yang tak ada manfaatnya atau yang buruk-buruk.
3. Tapa/puasanya grono/hidung; mencegah sikap gemar membau, dan enggan “ngisap-isap” keburukan orang lain.
4. Tapa/puasanya lisan/mulut; mencegah makan, dan tidak menggunjing keburukan orang lain.
5. Tapa/puasanya puruso/kemaluan; mencegah syahwat, tidak sembarangan ngentot/rakit/ngewe/senggama/zina.
6. Tapa/puasanya asto/tangan; mencegah curi-mencuri, rampok, nyopet, korupsi, dan tidak suka cengkiling; jail dan menyakiti orang lain.
7. Tapa/puasanya suku/kaki; mencegah langkah menuju perbuatan jahat, atau kegiatan negatif, tetapi harus gemar berjalan sembari “semadi” yakni berjalan sebari eling lan waspodo.
Tapa/maladihening/mesu budi/puasa seperti di atas dapat diumpamakan dalam gaya bahasa personifikasi, yang memiliki nilai falsafah yang sangat tinggi dan mendalam sbb;
“Katimbang turu, becik tangi. Katimbang tangi, becik melek. Katimbang melek, becik lungguh. Katimbang lungguh, becik ngadeg. Katimbang ngadeg, becik lumakuo”.
(Daripada tidur lebih baik bangun. Daripada bangun lebih baik melek. Daripada melek lebih baik duduk. Daripada duduk lebih baik berdiri. Daripada berdiri lebih baik melangkah lah)
Untuk meraih kesempurnaan dalam melaksanakan tata laku di atas, hendaknya setiap langkah kita selalu eling dan waspada. Agar supaya setelah menjadi manusia pinunjul tidak menjadi sombong dan takabut, sebaliknya justru harus disembunyikan semua kelebihan tersebut, dan tidak kentara oleh orang lain, sehingga setiap jengkal kelemahan tidak memancing hinaan orang lain. Untuk itu manusia pinunjul harus;
1. Solahbawa, harga diri, perbuatan, harus selalu di jaga
2. Keluarnya ucapan harus dibuat yang mendinginkan, menyejukkan, dan menentramkan lawan bicara
3. Raut wajah yang manis, penuh kelembutan dan kasih sayang.
Inilah sejatinya tata krama dalam ajaran Kejawen. Kesempurnaan dalam melaksanakan langkah-langkah di atas, seyogyanya menimbang situasi dan kondisi, menimbang waktu dan tempat secara tepat, tidak asal-asalan. Karena sekalipun “isi”nya berkualitas, tetapi bungkusnya jelek, maka “isi”nya menjadi tidak berharga. Dengan kata lain, jangan mengabaikan (dugoprayoga) duga kira, bagaimana seharusnya yang baik. Sebab sesempurnanya manusia tetap memiliki kekurangan atau kelemahan, sehingga manakala kelemahan dan kekurangan tersebut diketahui orang lain tidak akan menjadi “batu sandungan”. Seperti dalam ungkapan sebagai berikut;
1. Kusutnya pakaian; tertutup oleh derajat (harga diri) yang luhur.
2. Terpelesetnya lidah, tertutup oleh manisnya tutur kata.
3. Kecewanya warna, tertutup oleh budi pekerti.
4. Cacadnya raga, tertutup oleh air muka yang ramah.
5. Keterbatasan, tertutup oleh sabar dan bijaksana.
Oleh karena itu, meraih kesempurnaan dalam konteks ini diartikan kesempurnaan dalam melaksanakan tapa brata. Kegagalan melaksanakan tapa brata, dapat membawa manusia kepada zaman “paniksaning gesang” tidak lain adalah nerakanya dunia, seperti di bawah ini;
1. Zamannya kemelaratan, dimulai dari perilaku boros
2. Zamannya menderita aib, dimulai dari watak lupa terlena, tanpa awas.
3. Zamannya kebodohan, dimulai dari sikap malas dan enggan.
4. Zamannya angkara, dimulai dengan sikap mau menang sendiri
5. Zamannya sengsara, dimulai dari perilaku yang kacau.
6. Zamannya penyakit, diawali dari kenyang makan.
7. Zamannya kecelakaan, diawali dari perbuatan mencelakai orang lain.
Sebaliknya, “ganjaraning gesang” atau “surganya dunia”, lebih dari sekedar kemuliaan hidup itu sendiri, yakni;
1. Zamannya keberuntungan, awalnya dari sikap hati-hati, tidak ceroboh.
2. Zamannya kabrajan, awalnya dari budi luhur dan belas kasih.
3. Zamannya keluhuran, awalnya dari giat andap asor, sopan santun.
4. Zamannya kebijaksanaan, awalnya dari telaten bibinau.
5. Zamannya kesaktian (kasekten), awalnya dari puruita dan tapabrata.
6. Zamannya karaharjan (ketentraman-keselamatan), awalnya dari eling dan waspada.
7. Zamannya kayuswan (umur panjang), awalnya sabar, qonaah, narimo, legowo, tapa.
SHALAT/SEMBAHYANG DHAIM
Sebagai tulisan penutup, Sabdalangit berusaha memaparkan garis besar TAPA BRATA, agar supaya mudah diingat dan gampang dicerna bagi para pembaca yang masih awam tentang ajaran Kejawen.
Selain dipaparkan di atas, sejalan dengan bertambahnya usia, seyogyanya hidup itu sembari mencari ciptasasmita, “tuah” atau petunjuk yang tumbuh jiwa yang matang dan dari dalam lubuk budi yang suci. Pada dasarnya, tumbuhnya budipekerti (bebuden) yang luhur, berasal dari tumbuhnya rasa eling, tumbuhnya kebiasaan tapa, tumbuhnya sikap hati-hati, tumbuhnya “tidak punya rasa punya”, tumbuhnya kesentausaan, tumbuhnya kesadaran diri pribadi, tumbuhnya “lapang dada”, tumbuhnya ketenangan batin, tumbuhnya sikap manembah (tawadhu’). Pertumbuhan itu berkorelasi positif atau sejalan dengan usia seseorang.
Akan tetapi, jika semakin lanjut usia seseorang akan tetapi perkembangannya berbanding terbalik, mempunyai korelasi negatif, yakni justru memiliki tabiat dan karakter seperti anak kecil, ia merupakan produk topobroto yang gagal. Untuk mencegahnya tidak lain harus selalu mencegah hawa nafsu, serta mengupayakan dengan sungguh-sungguh untuk meraih kesempurnaan ilmu. Begitu pentingnya hingga adalah “wewarah” yang juga merupakan nasehat yang hiperbolis, sbb;
“ageng-agenging dosa punika tiyang ulah ilmu makripat ingkang magel. Awit saking dereng kabuko ing pambudi, dados boten superep ing suraosipun”
Bagi yang sudah lulus, dapat menerima semua ilmu, tentu akan menemui kemuliaan “sangkan paran ing dumadi”. Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui Tuhannya, sesungguhnya dapat mengetahui di dalam badanya sendiri. Siapa yang sungguh-sunggun mengetahui badannya sendiri, sesungguhnya mengetahui Tuhannya. Artinya siapa yang mengetahui Tuhannya, ia lah yang mengetahui semua ilmu kajaten (makrifat). Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui sejatinya badannya sendiri, ia lah yang dapat mengetahui akan hidup jiwa raganya sendiri. Kita harus selalu ingat bahwa hidup ini tidak akan menemui sejatinya “ajal”, sebab kematian hanyalah terkelupasnya isi dari kulit. “Isi” badan melepas “kulit” yang telah rusak, kemudian “isi” bertugas melanjutkan perjalanan ke alam keabadian. Hanya raga yang suci yang tidak akan rusak dan mampu menyertai perjalanan “isi”. Sebab raga yang suci, berada dalam gelombang Dzat Illahi yang Maha Abadi.
Maka dari itu, jangan terputus dalam lautan “manembah” kepada Gusti Pangeran Ingkang Sinembah. Agar supaya menggapai “peleburan” tertinggi, lebur dening pangastuti; yakni raga dan jiwa melebur ke dalam Cahaya yang Suci; di sanalah manusia dan Dzat menyatu dalam irama yang sama; yakni manunggaling kawulo gusti. Dengan sarana selalu mengosongkan panca indra, serta menyeiramakan diri pada Sariraning Bathara, Dzat Yang Maha Agung, yang disebut sebagai “PANGABEKTI INGKANG LANGGENG” (shalat dhaim) sujud, manembah (shalat) tanpa kenal waktu, sambung-menyambung dalam irama nafas, selalu eling dan menyebut Dzat Yang serba Maha. Adalah ungkapan;
“salat ngiras nyambut damel, lenggah sinambi lumampah, lumajeng salebeting kendel, ambisu kaliyan wicanten, kesahan kaliyan tilem, tilem kaliyan melek.
(sembahyang sambil bekerja, duduk sambil berjalan, berjalan di dalam diam, membisu dengan bicara, bepergian dengan tidur, tidur sembari melek).
Jika ajaran ini dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berkat Tuhan Yang Maha Wisesa, setiap orang dapat meraih kesempurnaan Waluyo Jati, Paworing Kawulo Gusti, TIDAK TERGANTUNG APA AGAMANYA.
-=^. MY ROSE .^=-
malam
*****
Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan diri dan menantang kami untuk berkenalan
dengan seseorang yang belum kami kenal. Saya berdiri dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan
lembut menyentuh bahu saya.
Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah
yang berseri-seri dengan senyum yang cerah. Ia menyapa, “Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku
berusia delapan puluh tujuh.
Maukah kamu memelukku? “Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, “Tentu saja boleh!”.
Dia pun memberi saya pelukan yang sangat erat.
“Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih begitu muda dan tak berdosa seperti ini?” tanya
saya berolok-olok.
Dengan bercanda dia menjawab, “Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah,
mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian.”
“Ah yang serius?” pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil
tantangan ini di usianya.
“Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya sedang mengambilnya!”
katanya. Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas
chocolate milkshake. Kami segera akrab.
Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti.
Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagi pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun
berlalu, Rose menjadi bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun. Dia suka
berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali
menghidupkannya suasana ..
Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan malam klub sepak bola
kami. Saya tidak akan pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik ke
podium. Begitu dia mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu
pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Dengan
ringan berkata,
“Maafkan saya sangat gugup. Saya sudah tidak minum bir. Tetapi wiski ini membunuh saya. Saya tidak
bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya menyampaikan apa yang saya tahu.”
“Kita tidak pernah BERHENTI BERMAIN karena kita tua.
Kita MENJADI tua karena berhenti bermain. Hanya ada rahasia untuk tetap awet muda, tetap
menemukan HUMOR setiap hari.
Kamu HARUS mempunyai mimpi. Bila kamu KEHILANGAN mimpi-mimpimu, kamu MATI. Ada
banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun mereka TAK MENYADARINYA.”
“Sungguh JAUH BERBEDA antara menjadi tua dan menjadi dewasa.
Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak
melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah menjadi dua puluh tahun.
Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak
melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan.
Setiap orang pasti menjadi tua.Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat.
Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan.” “Jangan pernah menyesal.
Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih
menyesali apa yang tidak kami perbuat.
Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan.”
Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi “The Rose”. Dia menantang setiap
orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya Rose
meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda,
Rose meninggal dunia dengan damai. Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara
pemakamannya sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan
memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan.
Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
* * * * *
Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kekuatan.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri
sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.
~♥ ʍoɹɔʞɔɐɾ ♥~
FUCK DI HARI RABU 2010
~♥ ^. JACKCROW IN LOVE .^ ♥~
TIDAK KU IMPI ENGKAU INSAN SEMPURANA
KERNA SADAR KAU JUA SEPERTIKU...
MENGHERET GAYUTAN MASA MASA LALU
TIDAK KU HARAP ENGKAU INSAN AGUNG
DI ARAK PUJIAN MAHA MELAMBUNG
KU AKUR KAU JUA SERPERTIKU...
COBA MAMBAIKI SERIBU SATU KELEMAHAN DIRI
NATIJAH NAFSU DAN SYAITAN YANG MENGULIT
TIDAKKU PERLUKAN SERAMI BANGSAWAN
MENGHEMBUSKAN AKU DENGAN KEMEWAHAN
JAUH SEKALI PANGKAT DAN GELARAN
YANG CUMA MULIA DI BIBIR MANUSIA
TAPI KOSONG DI SISI ILLAHI
MENGANGKAT RIYA' DAN TAKABUR DI PINGGIR HATI
ADUHAI BELAHAN JIWAKU
KU IMPIKAN KAU SEADANYA
MELETAKKAN ALLAH DAN ROSUL SEBAGAI MATLAMAT
BERUSAHA SEPENUH KODRAT
MEMBAHAGIAKAN AKU DAN ZURIATMU
BERLANDASKAN SYARIAT
MOGA RIDHA RAHMAT ILLAHI BUATMU, AKU DAN BAKAL ZURIAT KITA
MENJADI ZURIAT KITA
MENJADI SURATAN HAKIKAT
AMIEN...
~♥ ʍoɹɔʞɔɐɾ ♥~
-=^. KISAH KLASIK DI HARI VALENTINE .^=-
Jumat, 23 April 2010
Dan ternyata hingga saat itu , tak seorang pun yang memberikan hadiah, namun tahun ini aku mendapatkan sebuah hal yang tak pernah aku pikirkan. Hadiah dari kakekku....
Ia datang menempuh jarak yang cukup jauh dengan sepeda tuanya yang layak untuk dimuseumkan. Bunyi sepeda yang mengiris dengki dan ngilu. Namun ia tetap setia datang seperti hari hari biasanya setelah dia selesai mengurusi ladang yang tidak cukup besar yang dia rawat sendiri yang mungkin sudah dia persiapkan untuk mengisi hari hari tuanya.
Aku membuka pintu utama rumahku ketika ia datang memarkir sepedanya di halaman rumahku. Ia tersenyum menatapku dengan membuka topi tua klasik ala koboi amerika . Usianya yang sudah 70 tahun tampak terlihat dengan rambutnya yang sudah memutih.
Kakek memberikan aku sebuah hadiah dalam kotak kecil kusam yang berwarna merah. Tampak dekil dan aku menyentuhnya dengan sedikit jijik lalu membukanya tampak sebuah liontin berbentuk bunga matahari perak.
kontan saja aku langsung tertawa terbahak bahak dan bilang aduh kakek ini aneh banget yach masa aku laki laki harus pake gituan lagian di jaman sekarang mana ada cewek yang mau barang gituan ....
dan kakek aku menjawab " ehhh jangan salah sangka dulu sapa juga yang nyuruh kamu memakai liontin itu ....!!sebenarnya itu ada pasangannya tapi nggak tau hilang kemana itu aku temukan waktu aku bersih bersih gudang, sayang kalo di buang karena itu sangat bearti banget bagi kakek,,, kalo kamu nggak suka simpan saja ...!!!
sambil aku masih memegang liontin usang itu kakekku mulai bercerita tentang sejarah liontin tersebut...
dimana kakek dulu memang seorang pemuda pemalu di segala hal, ahkan hingga ia duduk dibangku SMA ia tidak mendapatkan kekasih yang ia inginkan.
Namun ia bertaruh dengan seorang rekannya akan membawa seorang wanita di hari Valentine. Ia pun bertekad memamerkan wanita itu pada harinya. Dengan segenap usaha dan waktu yang sempit ia pun mulai mencari-cari. Dari adik kelas yang cantik hingga kakak kelas yang cantik semuanya ia coba cari untuk menjadi pacarnya.
Namun tidak ada satupun yang berhasil membuat hatinya luluh. Wajah kakek tidak jelek-jelek banget untuk menjadi pria jomblo. Ketika ia pulang sekolah dengan sepedanya yang masih ada hingga sekarang ia pake. Bannya kempes karena tertancap paku.Ia pun terpaksa mendorong sepeda itu hingga ke rumah.Di dalam perjalanan. Seorang gadis muda berlari memukul kepalanya dengan keras, wanita itu tampak pucat. Kakek kontan marah
Gadis itu tampak pucat dan tidak bicara. Ia hanya mengerakkan tangan seperti memberikan sandi kepada Albert untuk mengerti maksudnya.
Gadis itu terus mengerakkan tangannya. Wajahnya seperti meminta pertolongan. kakek mengira gadis itu tidak waras. Lalu pergi ketakutan. Tapi gadis itu tidak menyerah begitu saja, ia pun menarik lengan baju kakek .dan kekek pun semakin marah.
Gadis itu menarik tangan Albert untuk mengikutinya. Memasuki sebuah tepi sawah kosong. Ketika mereka tiba. Terlihat seekor anak burung terjatuh dari kandangnya yang terdapat di atas rumah pohon keci. kakek mengerti maksud gadis itu, ia hendak meminta tolong kakek mengembalikan burung kecil itu di atas pohon. kakek hanya berpikir mengapa gadis itu harus peduli terhadap burung kecil yang tak ada artinya tersebut. Untungnya bayi burung kecil itu tidak terluka. Ia selamat ke kandangnya , gadis itu tampak senang. Wajahnya yang sedih kemudian berseri seri.
Albert pun meninggalkan gadis itu begitu saja. Namun gadis itu menempuk badannya dari belakang.
Gadis itu mengambil sebuah tangkai pohon kecil menuliskan sesuatu di tanah liat. Lalu Albert membacanya.
"Nama aku sapa?.. oh nama aku Albert, kamu?" tanya Albert
"Agnes..." tulisan itu berkata
"Oh.. Agnes " ujar Albert
Gadis itu kemudian menuliskan tulisan kembali
"Terima kasih. salam kenal"
"Ok. Sama sama.. aku pulang dulu ya. Kamu pulang sana.. "
Albert berjalan meninggalkan Agnes. Namun Agnes terus mengikuti pria itu. Albert menjadi risih namun tidak berusaha peduli. Ia terus menuntun sepedanya dan gadis itu terus mengikutinya, ia semakin emosi.
"Ngapain sih kamu, ikutin aku terus?"
Gadis itu terdiam kemudian menunjuk rumah di sampingnya. Albert yang tampak marah ikut terdiam memperhatikan rumah di pinggir jalan yang cukup besar.
"Itu rumah kamu?" tanya Albert dan Angel mengangguk tanda ya.
"Oh.. sorry kirain kamu ikutin aku terus. Kalau gitu pulang sana. Aku mau pulang juga!"
Albert memastikan gadis itu telah masuk ke rumahnya, hatinya tenang. Ia tidak berpikir gadis itu jelek namun sayang ia bisu. Andai saja ia tidak bisu ia akan terlihat sempurna. Ketika beberapa meter berjalan. Gadis itu kemudian kembali berlari mendekatinya. Nyaris saja Albert naik pitam namun ketika gadis itu muncul dengan alat pompa ia mulai mengerti kebaikan gadis itu. Albert menatapnya gadis itu yang baik hati. Kemudian mereka berpisah.
Keesokan harinya.
Albert sedikit emosi ketika sahabatnya Hendra tak henti-henti mengejek dia tidak laku. Hari Valentine semakin dekat. Namun ia belum saja mendapatkan gadis impian. Akhirnya ia pun memutuskan bolos dari pelajaran selanjutnya. Ia menarik sepedanya kabur dari sekolah dengan ejekan teman temannya. Ia mengayuh arah sepedanya tampak arah. Kemudian hujan turun. Ia terhenti di sebuah pohon kecil untuk berteduh dari hujan besar tersebut.
"Sialan Hendra , pake ngeledekin gua. Dia ga tau aja cewek impian gua kayak apa. Emangnya gua murahan kayak dia semua juga diembat! Bikin keki aja!"
Ketika ia mengeluh. Hujan tak semakin mengecil namun semakin besar. Tiba tiba muncul Agnes gadis bisu yang ia jumpai dengan sebuah payung berjalan melihatnya. Gadis itu kemudian menyapanya dengan tepukan tangan. Albert yang sedang melamun sedikit kaget ketika melihat Agnes.
"Ngapain lo ujan ujan keluyuran?" Tanya Albert
Kali ini gadis itu tidak lagi terdiam , ia mengambil tas yang berisi buku kecil kemudian menuliskannya.
"Habis pergi lihat burung kemarin. Ingat?"
"Oh. Inget , ngapain dilihatin terus. Emang itu burung kamu?"
"Bukan. Itu burung tak dikenal. Kasian takut jatuh lagi. Dan ternyata tidak. Kamu keujannya ya?" tulisnya
"Ya iyalah emang kalau disini berdiri ngapain?"
"Tunggu ya.. aku pulang ambil payung buat kamu?"
"Hah ga usah.. repotin aja.."
Agnes tersenyum kemudian berlari bersama payungnya menembus hujan lebat. Mungkin ia tidak mendengarkan suara larangan Albert karena hujan besar membisingkan suasana. Beberapa saat kemudian gadis itu kembali dengan pakaian yang basah walau mengunakan payung. Ia tersenyum sambil memberikan payung itu pada Albert.
"Idih. kamu ngeyel amet sih. Uda bilang jangan! Liat deh kamu jadi basah kuyup gitu"
"Ga pa pa.. aku uda biasa. Ini payung pake ya.. aku mesti pulang dulu!"
"Terus aku balikin payung ini gimana?"
"Kamu masih inget kan rumah aku. Ntar kalau sempat kembalikan, kalau tidak sempat ya sudah buat kamu saja!"
"Oh.. ya udah!"
Albert melihat gadis itu berlari menghilang diantara hujan. Ternyata Agnes berlari di sebuah tempat orang lain berteduh. Ia melihat seorang ibu yang terdiam menunggu hujan dengan payung yang ia tidak pakai. Kemudian memberikan payung itu pada ibu tersebut, ia berhenti dijalan tadi sebelumnya ia berkata pada ibu itu untuk meminjam payungnya sesaat karena tidak mungkin ia pulang ke rumah mengambil payung. Lalu payung yang ia gunakan sekarang ia berikan kepada ibu itu. Payung miliknya kini dipakai oleh Albert.
***
Albert menuju rumah gadis itu untuk mengembalikan payung yang ia pinjam hujan lusa lalu. Ia tiba ke rumah yang cukup besar. Namun tampak sepi, ia mengetuk pintu dan kemudian muncul Agnes menyambutnya. Tampak basa-basi Albert mengembalikan payung tersebut. Ia menatap wajah Agnes yang cukup cantik dari kepala hingga kakinya. Dan mulai berpikir.
"Mungkin kalau Agnes aku bawa ke Valentine nanti. Mereka bakal kaget ya. Cantik. Tapi dia kan bisu. Gimana ntar jadi ejekan lagi! "
Ia pun melewatkan angan-angan itu. Dan pergi menuju sekolahnya. Agnes menatap pria itu dengan tersenyum. Melambai-lambaikan tangannya terlihat girang memberikan salam perpisahan. Di sekolah, kembali terjadi perdebatan dengan Hendra
"Bet, Valentine itu besok. Mana cewek kamu?" ledek Hendra dan Albert terdiam sambil berpura pura menulis
"Udalah Bet. Kita tau kok. Kamu homo hahahaha" seluruh kelas tertawa dan Albert mulai tidak tahan
"Aku bukan homo. Aku ada pacar. Namanya Agnes!!"
Seluruh isi kelas yang bising menjadi sunyi mendengar ucapan Albert. Hendra tidak percaya begitu saja.
"Oh.. kalau gitu besok buktikan. Tapi kalau sampe dia ga ada atau lo cuma bohong. Kamu kita anggap homo, semua orang uda pikir gitu juga. Ok!!"
"Ok!!"
Albert terlanjur mengeluarkan janji yang tidak bisa ia pungkirin. Sepanjang perjalanan ia mulai berpikir kesalahan fatal yang ia katakan. Namun tidak ada jalan lain selain menjalankan semuanya dengan terpaksa. Ia pun pergi menuju rumah Agnes. Agnes menyambutnya dengan gembira. Lalu terlihat kaget mendengarkan ajakan Valentin dari Albert.
"Mau ga lo besok ikut Valentine Day di sekolahku?"
"Emang boleh?" tulis Agnes
"Boleh.. tapi janji satu hal ya! Sama aku!"
"Apa?"
"Maaf sebelumnya. Jangan pernah tunjukin ke semua orang kalau kamu itu bisu?"
Wajah Agnes seketika terlihat murung. Namun walau tersinggung ia pun bersedia menyanggupinya. Albert pun mengatur semuanya. Mulai dari semua pembicaran yang tidak boleh menunjukkan ia adalah seorang bisu. Hingga penjemputan dan apapun yang dapat membuatnya tidak malu karena membawa Agnes ke sekolahnya. Hari itu pun ditunggu.
Keesokan harinya.
Albert terpaku ketika menjemput Agnes dengan sepedanya. Gadis itu terlihat cantik dengan gaun putihnya. Ia sedikit terlena melihat Agnes begitu cantik dan sempurna. Ia pun membawanya ke sekolah. Di sekolah telah terlihat semua murid yang membawa pasangan masing-masing. Ketika Albert dan Agnes tiba. Semua mata terpaku tak percaya. Mengapa Albert bisa membawa seorang gadis cantik. Termasuk Hendra. Lawan taruhannya.
"Ini Agnes. Pasangan gua!" kenal Albert pada Hendra yang juga langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kemudian keduanya meninggalkan Hendra dengan perasaan malu karena harus mengakui kehebatan Albert. Pesta berakhir sukses dengan kemenangan Albert. Kemudian Albert dan Agnes dapat pulang dengan senyuman besar. Dalam perjalanan, Agnes menepuk pundak Albert dari sepedanya.
"Kenapa?"
"Mau anterin aku ke rumah pohon burung itu ga?" tulis agnes
Albert pun melaju sepedanya ke rumah pohon tersebut. Ketika mereka tiba. Agnes menangis histeris. Ini pertama kalinya Albert mendengar suara pertama dari gadis itu. Ia menangis karena burung kecil itu terjatuh lagi dan kali ini terluka cukup parah hingga kakinya mengalami luka. Albert dan Agnes tidak dapat berbuat apa apa selain membawa burung itu ke rumah Agnes. Setelah mengobati lukanya . burung itu dirawat di rumah agnes.
"Kamu kenapa begitu peduli sama burung kecil ini"
"Karena burung ini hidup di kandang yang dibuat oleh Kakek untuk aku sebelum meninggal?" tulis Agnes
"Oh.."
Lalu Agnes pun bercerita bahwa ia memang datang ke kampung Kakeknya untuk mengambil barang-barang yang hendak dipindahkan dari rumah kakeknya, jadi ia hanya menikmati liburan di sini. Hingga ayah dan ibunya datang menjemputnya.
"Jadi kamu akan pergi dong?" tanya Albert
"Iya.. kapan-kapan kamu datang ya ke daerah aku di Serang?"
"Hm. Kalau ada waktu datang dong. Kan rumah ini tetap perlu dijaga."
"Iya pasti kok.. lagian aku masih lama disini.. tenang aja!"
Albert pun semakin dekat dengan gadis itu. Ia mulai menjadi dekat dengan gadis itu. Setiap hari mereka selalu merawat burung itu bersama. Hubungan yang semakin dekat dari hari ke hari. Hingga Hendra memergoki Albert bersama gadis itu dan menyadari gadis itu cacat. Ia mulai berambisi membuat malu Albert di seluruh kelasnya.
Ketika Albert pergi ke sekolah dan semua memandangnya lucu. Ia tak mengerti apa yang mereka tertawakan hingga ketika ia tiba di kelasnya. Muncul tulisan.
"PACAR ALBERT ITU CACAT ALIAS BISU. KASIAN DEH"
Albert spontan marah. Dan menghapus tulisan itu, namun semua orang mulai tau. Dan ia pun menjadi malu karenanya. Hendra datang menghampirinya
"Aloh kekasih bisu. Ternyata levelmu ama gadis cacat ya hahahaha"
Mendengar ejekan itu . Albert marah dan menghajar Hendra, mereka terlibat perkelahian dan dihukum oleh guru mereka.
Albert yang telah malu, menjadi bodoh sehingga ia mulai berpikir untuk memperbaiki nama baiknya dengan memacari seorang adik kelas yang ia tidak cintai. Mereka pun jadian.
Sementara itu Hendra mengunakan kesempatan ini untuk bertemu dengan Agnes. Ia pun membongkar semua tujuan Albert kepada Agnes.
"Jadi dia deketin kamu cuma buat bikin aku malu karena dia keliatan laku, punya pacar. Padahal dia cuma manfaatin kamu. Mana mau dia sama kamu. Cacat. Bisu gitu"
Agnes berlari menangis mendengarkan kata kata itu. Ia mulai curiga ketika melihat Albert menghilang sejak beberapa hari lalu tanpa pernah menemuinya. Ia tiba di rumahnya penuh air mata. Hatinya terluka. Sedangkan Albert tidak pernah tau jika rahasia tujuananya kepada Agnes telah dibongkar oleh Hendra. Ia memang tak pernah mengunjungi Agnes untuk beberapa hari karena kekasih barunya selalu ingin ditemanin setiap saat.
Agnes merawat burung kecil itu hingga kembali normal. Ia pun berpikir untuk mengembalikan burung itu ke rumah kecilnya. Ketika ia mencoba memanjat ke rumah pohon itu ia terjatuh. Albert tiba tiba muncul dan menolongnya. Namun Agnes mendorong tubuhnya dengan wajah marah. Albert menjadi bingung.
"Kok kamu marah, kenapa?"
Agnes tidak berkata apapun. Ia pergi begitu saja meninggalkan Albert. Tanpa sadar ketika terjatuh. Liontin anting yang Agnes pake terjatuh satu di lantai. Albet mengambilnya lalu mengejar gadis itu yang sedang berjalan dengan kaki kesakitan. Albert berusaha memanggil Agnes. Namun ia tidak mengerti mengapa gadis itu marah padanya. Ia pun menghentikan langkah gadis tersebut. Agnes mengeluarkan sebuah tulisan.
"Aku memang cacat. Tapi aku ga bodoh. Aku bukan mainan yang bisa kamu gunakan buat acara Valentine kamu sebagai wanita pajangan! Terlebih buat taruhan kamu sama temen kamu!!"
Albert sontak kaget ketika rahasia yang ia simpan rapat. Ia melihat Agnes menangis dan hatinya merasa tak enak. Lalu membiarkan gadis itu pergi. Ketika gadis itu semakin menjauh ia menyadari kesalahanya. Lalu berteriak
"Nes.. sorry. Sorry!"
Agnes terhenti , namun hatinya terlanjur sakit. Ia pun meninggalkan pria itu seorang diri. Albert menatap liontin anting di tangannya. Ia merasa tidak pantas untuk bicara dengannya. Kemudian kembali ke rumah pohon kecil burung tersebut. Ia pun ingin menembus kesalahannya terhadap Agnes. Rumah pohon itu tampak rusak karena dibangun seadanya. Ia pun ingin memberikan hadiah kepada Agnes dengan membuat rumah baru untuk burung-burung yang akan hidup di sana.
Albert pun menjadi sibuk setiap harinya. Dengan penuh perjuangan ia membangun rumah tersebut. Dan berhasil dengan sempurna tiga hari kemudian. Rumah burung di atas pohon itu menjadi indah dan rapi. Ia pun segera menuju rumah Agnes. Agnes sesungguhnya selalu memperhatikan apa yang dilakukan Albert setiap harinya. Ia menyadari laki laki itu tidak seburuk yang ia pikir. Namun ia sadar kepergiannya sesaat lagi akan tiba. Ia pun sadar dirinya yang cacat dan bisu hanya menjadi celahan Albert.
Ia pun meminta pembantunya untuk bilang kepada Albert kalau ia telah kembali ke kampung halamannya. Albert tampak shock mendengarkan kepergian gadis itu begitu cepat. Ia termenung bersalah, kemudian memberikan liontin anting yang dijatuhkan Agnes kepada pembantunya agar diberikan kelak bila bertemu kembali. Dengan air mata yang jatuh membasahi pipi. Agnes pun menatap kepergian Albert penuh duka. Albert pun kembali ke rumah dengan perasaaan sedih.
Beberapa hari kemudian Jepang datang menginvasi Indonesia. Daerah tempat tinggal Albert menjadi salah satu konflik. Ia pun harus segera mengungsi bersama orang tuanya. Sebelum ia pergi ia sempatkan untuk melihat rumah burung kecil di atas pohon. Tampak burung kecil itu menjadi dewasa dan hendak terbang. Dan ia menemukan sesuatu di rumah tersebut.
Sebuah liontin anting yang ia titipkan kepada sang pembantu dan sebuah surat kecil tulisan Agnes.
"Terima kasih atas rumah kecil ini. Kelak mungkin kita tidak akan pernah sadar kita adalah sebuah takdir. Simpanlah satu liotin ini sebagai kenangan terakhir yang bisa kuberikan kepadamu. Jika kita berumur panjang kita akan bertemu, jika tidak biarkan kehidupan lain menanti kita. Satu di hatiku. Satu di hatimu untuk selamanya dan yakinlah jangan kau mencari cinta tapi ciptakanlah cinta dimana kamu berada karena cinta akan hadir sendiri meyapamu..."
Albert menangis dengan berat hati ia menyimpan liontin tersebut. Dan ia pun mengungsi untuk selamat dari perperangan. Agnes pun menghilang dengan selamanya. Sejak saat itu mereka tidak pernah bertemu. Setelah perang usai. Albert pergi ke Belanda untuk kuliah dan kembali dengan menikahi seorang wanita yang akhirnya menjadi nenek JACKCROW. Ia tak pernah menyadari liontin itu tersimpan dan masih ada hingga ia membersihan isi gudangnya.
-= ^. JACKCROW .^=-
~♥^. ʍoɹɔʞɔɐɾ N' MOM .^♥~
Tertidur pulas dalam alunan gelap malam
Dibalik senyummu teduhkanku
Terbayang potret kala engkau masih muda
Ajarkan sebuah kata cinta dalam hidup
Kekuatan kasihmu nyata pulihkan jiwaku yang kadang goyah
Waktu cepat bergulir
Sisakan banyak kisah
Dia yang kau cintai tlah lama meninggalkan dirimu sendiri
Namun tetap kau berdiri tegak pada dunia
Pesonamu masih jelas kurasa hingga kini
Menemani hingga ku dewasa
Derai airmata dan pengorbananmu takkan tergantikan
Terima kasih ibu..
Sudah Sewajarnya aku Merindukanmu
Sudah Semestinya Engkau Ada Untukku
Karna Kini Kusadari Kau Nyata Untukku
dan Kini ku Akui Kau Terbaik Untukku
Ingin ku Bawakan Bintang Untuk Temani Malammu
Disaat ku Menangis
Kau Berikan ku Sejuknya Hatimu
Disaat aku Rapuh
Kau Tegaskan Kata Yang Terindah Untukku
miss u bunda....
~♥ ʍoɹɔʞɔɐɾ ♥~
~♥ HANYA ʍoɹɔʞɔɐɾ ♥~
Dan mengharap kau bisa sukakan hatimu
Namun kenyataan yang terjadi
Ku hanyalah bisa menyakitimu
Baiknya kau tak pedulikan diriku
Dan apa yang terjadi padaku
Tak pernah kuingin kau bersedih
Tak pernah kuingin engkau menangis
Maafkanlah diriku
Yang telah melukai perasaanmu
Maafkanlah salahku
Semoga kau mengerti
Cobalah pahami dengan nurani
mungkin suatu saat nanti
kau temukan bahagia meski tak bersamaku
bila nanti kau tak kembali
kenanglah aku sepanjang hidupmu
~♥ ʍoɹɔʞɔɐɾ ♥~
© ΘRIGINAL PRΘFILE ®
♣¤══¤ஜ۩۞۩ஜ¤══¤♣
-= ENTHONK =-
You know… Dalam hidup ini, tidak satupun dari kita yang tidak terlepas dari masalah. Setiap orang pasti pernah mengalami satu fase dalam hidupnya dimana dia harus fight for his/her life. Terkadang, demi keluar dari masalah mereka… ORANG cenderung mengambil langkah yang INSTANT… tidak sabar untuk cepat2 keluar dari masalahnya…
Well…
Ilustrasi berikut ini mungkin akan membantu kita… (KITA????…. ELO AJA KALI, GUE ENGGAK!!! hehehe :-) ). untuk merenungkan bagaimana sih kita menyikapi setiap masalah dalam hidup kita…
Ceritanya, (kalau anda udah pernah baca skip langsung ketanda ini yach *** )
metamorfosis kupu2
Seseorang menemukan sebuah kepompong yg berisi “calon” kupu2 yang sudah waktunya akan keluar dari kepompongnya. Satu ketika, sang pemuda melihat ada sebuah lubang kecil pada kepompong tersebut. Perlahan2 KUPU-KUPU ini mencoba membuka lubang kecil itu sehingga sebagiaan badannya berhasil keluar dari kepompong tsb.
Namun, pada akhirnya, sang kupu2 MENYERAH KELELAHAN….
Si pemuda merasa IBA, lalu mengambil gunting… dan menggunting cangkang kepompong itu, sehingga akhirnya kupu2 tersebut dapat keluar dgn mudahnya.
NAMUN…
Coba perhatikan… Dia memiliki tubuh yang menggelembung dan kecil, dengan sayap2 yang mengkerut. Pemuda ini terus saja memperhatikan kupu2 tersebut berharap bahwa suatu saat kupu2 ini akan tumbuh dan berkembang, dengan sayap2 yang mekar dan melebar, sehingga mampu menopang tubuhnya.
Semuanya tak pernah terjadi… (makanya… Gatel sich tangannya… hihihi)
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya MERANGKAK di sekitarnya dengan tubuh gembung dan SAYAP-SAYAP MENGKERUT…. (duhhh, gak kebayang khan kesian banget… Niatnya mo nolongin malah bikin kupu2 ini sengsara)
******
-= BALADA RECEH=-
note jack angkat buat siapa aja yang belum tahu tentang perjalanan sebuah uang ribuan ini...
Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.
Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :
“Ya, ampiiiuunnnn. ……… darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan….. bau!
Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan….
Ada apa denganmu?”
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :
“Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya
beralih e kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya
berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke ‘baluang’ (pren : tau kan baluang…?) Inang-inang.
Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ……”
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:
“Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm… dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas
selebritis.
Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan…… aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu. ”
Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya :
“Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.
Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!”
“Apa itu?” uang seratus ribu penasaran.
“Aku sering bertemu teman-temanku di kantong-kantong kolekte di gereja dan di kotak-kotak amal di mesjid atau di tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu
disana…..”
-= .. the ants .. =-
POSITIF & ANTUSIAS
Selalu antusias dalam berpikir dan bertindak demi mencapai tujuan berusaha. Namun segala pemikiran dan tindakan tersebut bersifat positif demi menjaga kelangsungan usaha.
INISIATIF
Memiliki inisiatif dalam menjalankan usaha berdasarkan motivasi yang kuat untuk maju dan mencapai tujuan tanpa menunggu komando, dan tanpa menyimpang dari kebijakan perusahaan atau negara.
RENDAH HATI
Berusaha selalu optimis dalam setiap langkah, namun tidak sombong dan selalu menghargai serta menghormati orang lain.
KREATIF & INOVATIF
Selalu kreatif dalam berusaha dengan melakukan berbagai inovasi agar dapat memenang-kan persaingan dan menjadi Leader dalam lingkungannya.
DISIPLIN & BERTANGGUNG JAWAB
Memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan hidup kegiatan usaha. Untuk itu, diperlukan disiplin yang tinggi dalam menjalankan semua peraturan/ketentuan demi mencapai tujuan.
KERJASAMA
Mampu menjalin kerjasama untuk menggalang kemitraan dengan semua kalangan dalam menjalankan tugas agar sukses mencapai tujuan.
PRODUKTIF
Bekerja secara profesional, tekun, dan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal.
KOMITMEN & TABAH
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap semua keputusan/peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab melaksanakannya tanpa tawar-menawar.
KOMUNIKATIF
Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menguasai tekniknya secara baik, sehingga mampu menyampaikan segala informasi yang diperlukan tanpa menimbulkan kesalah-pahaman.
~♥ ^. JACKCROW IN LOVE .^ ♥~
KERNA SADAR KAU JUA SEPERTIKU...
MENGHERET GAYUTAN MASA MASA LALU
TIDAK KU HARAP ENGKAU INSAN AGUNG
DI ARAK PUJIAN MAHA MELAMBUNG
KU AKUR KAU JUA SERPERTIKU...
COBA MAMBAIKI SERIBU SATU KELEMAHAN DIRI
NATIJAH NAFSU DAN SYAITAN YANG MENGULIT
TIDAKKU PERLUKAN SERAMI BANGSAWAN
MENGHEMBUSKAN AKU DENGAN KEMEWAHAN
JAUH SEKALI PANGKAT DAN GELARAN
YANG CUMA MULIA DI BIBIR MANUSIA
TAPI KOSONG DI SISI ILLAHI
MENGANGKAT RIYA' DAN TAKABUR DI PINGGIR HATI
ADUHAI BELAHAN JIWAKU
KU IMPIKAN KAU SEADANYA
MELETAKKAN ALLAH DAN ROSUL SEBAGAI MATLAMAT
BERUSAHA SEPENUH KODRAT
MEMBAHAGIAKAN AKU DAN ZURIATMU
BERLANDASKAN SYARIAT
MOGA RIDHA RAHMAT ILLAHI BUATMU, AKU DAN BAKAL ZURIAT KITA
MENJADI ZURIAT KITA
MENJADI SURATAN HAKIKAT
AMIEN...
~♥ ʍoɹɔʞɔɐɾ ♥~
^^^ ANTARA KAYU KAPAK DAN SI PENEBANG HUTAN ^^^
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu”.
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang.
“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.
Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Istirahat bukan berarti berhenti , Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi
Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!
-=^. MANUSIA & CINTA .^=-
yang paling sepi.
Setiap pagi, dalam perjalanan menuju ke kantor, saya selalu melewati gerobak mereka yang selalu sepi. Gerobak itu tidak ada yang istimewa. Cukup sederhana. Jualannya pun standar.
Setiap pagi pula, sepasang suami-istri itu duduk menjaga gerobak mereka dalam posisi yang selalu sama. Sang suami duduk di luar gerobak, sementara istrinya di sampingnya. Kalau ada pembeli, sang suami dengan susah payah berdiri dari kursi (kadang dipapah istrinya) dan dengan ramah menyapa pembeli. Jika sang pembeli ingin makan di tempat, sang suami merapikan tempat duduk, sementara istrinya menyiapkan nasi kuning dan menyodorkan piring itu pada suaminya untuk diberikan pada sang pelanggan. Kalau sang pembeli ingin nasi kuning itu dibungkus, sang istri menyiapkan nasi kuning di kertas pembungkus, dan menyerahkan nasi bungkusan itu pada suaminya untuk diserahkan pada sang pelanggan.
Saat sedang sepi pelanggan, pasangan suami-istri itu duduk diam. Sesekali jika istrinya agak terkantuk-kantuk, suaminya mengurut punggung istrinya. Atau jika suaminya berkeringat, sang istri dengan sigap mengambil sapu tangan dan mengelap keringat suaminya.
Kalau mau jujur, nasi kuning mereka tidak terlalu spesial. Sangat standar. Tapi, kalau saya mencari sarapan pagi, saya selalu membeli nasi kuning di tempat mereka. Bukan spesial-tidaknya. Tapi lebih karena cinta mereka yang membuat saya tergerak untuk selalu mampir.
Dalam kesederhanaan, kala susah dan sedih karena tidak ada pelanggan, mereka tetap bersama. Sang suami tidak pernah memarahi istrinya yang tidak becus masak. Sang istri pun tidak pernah marah karena gerakan suaminya yang begitu lamban dalam melayani pelanggan. Dia bahkan memberi kesempatan suaminya untuk melayani pelanggan.
Mereka selalu bersama, dan saling mendukung, bahkan di saat susah sekali pun.
Hingga hari ini, sudah 10 tahun saya lewati tempat itu, mereka masih tetap di tempat yang sama, menjual nasi kuning, dan selalu bersikap sama. Penuh kesederhanaan. Penuh kasih sayang. Dan saling menguatkan di saat susah.
Sebuah kisah cinta yang luar biasa. Mungkinkah kita bisa seperti mereka?
Semoga Tuhan melimpahkan rahmat buat kita semua. Amien.
~♥ ʍoɹɔʞɔɐɾ ♥~